Jujutsu
Jujutsu (bahasa Jepang: 柔術, jūjutsu; juga jujitsu, ju jutsu, ju
jitsu, atau jiu jitsu) adalah nama dari beberapa macam aliran
beladiri dari Jepang. Tidaklah betul jika dikatakan bahwa
Ju-Jitsu mengacu pada satu macam beladiri saja.
Jujutsu pada dasarnya adalah
bentuk-bentuk pembelaan diri yang bersifat defensif dan memanfaatkan
"Yawara-gi" atau teknik-teknik yang bersifat fleksibel, dimana
serangan dari lawan tidak dihadapi dengan kekuatan, melainkan dengan cara
"menipu" lawan agar daya serangan tersebut dapat digunakan untuk
mengalahkan dirinya sendiri. Dari seni beladiri Jujutsu ini, lah
irlah beberapa seni beladiri lainnya yang mempunyai konsep defensif serupa, yaitu Aikido dan Judo, keduanya juga berasal dari Jepang.
Jujutsu terdiri atas bermacam-macam
aliran (Ryuha), namun pada garis besarnya terbagi atas dua "gaya",
yaitu tradisional dan modern. Gerakan dari kedua macam "gaya" Jujutsu
ini adalah hampir sama, namun jurus-jurus Jujutsu modern sudah disesuaikan
dengan situasi pembelaan diri di zaman modern, sedangkan jurus-jurus Jujutsu
tradisional biasanya mencerminkan situasi pembelaan diri di saat aliran Jujutsu
yang bersangkutan diciptakan. Sebagai contoh, Jujutsu yang diciptakan di zaman
Sengoku Jidai (sebelum Shogun Tokugawa
berkuasa) menekankan pada pertarungan di medan perang dengan memakai baju besi
(disebut Yoroi Kumi Uchi), sedangkan yang diciptakan di zaman Edo
(sesudah Shogun Tokugawa berkuasa) menekankan pada beladiri dengan memakai
pakaian sehari-hari (Suhada Jujutsu).
Teknik-teknik Jujutsu pada garis
besarnya terdiri atas atemi waza (menyerang bagian yang lemah dari tubuh
lawan), kansetsu waza/gyakudori (mengunci persendian lawan) dan nage waza
(menjatuhkan lawan). Setiap aliran Jujutsu memiliki caranya sendiri untuk
melakukan teknik-teknik tersebut di atas. Teknik-teknik tersebut lahir dari
metode pembelaan diri kaum Samurai (prajurit perang
zaman dahulu) di saat mereka kehilangan pedangnya, atau tidak ingin menggunakan
pedangnya (misalnya karena tidak ingin melukai atau membunuh lawan).
Aliran Jujutsu yang tertua di Jepang
adalah Takenouchi-ryu yang didirikan tahun 1532 oleh Pangeran Takenouchi
Hisamori. Aliran-aliran lain yang terkenal antara lain adalah Shindo
Yoshin-ryu yang didirikan oleh Matsuoka Katsunosuke pada tahun 1864,
Daito-ryu yang didirikan oleh Takeda Sokaku pada tahun 1892, Hakko-ryu
yang didirikan Okuyama Ryuho pada tahun 1942, dan banyak aliran lainnya.
Jujutsu
Tradisional dan Non-Tradisional
Di Indonesia, ada beberapa perguruan
Jujutsu/Ju-Jitsu yang cukup populer. Di berbagai kota besar dapat dijumpai
perguruan-perguruan Jujutsu/Ju-Jitsu, antara lain PORBIKAWA (Persatuan Olahraga
Beladiri Ishikawa) yang didirikan oleh Murid Tunggal Master Yoshen Ishikawa yaitu
Bp. Tan Sing Tjay (Soetikno)pada tahun 1949 dengan nama :Ishikawa Jiu
Jitsu Club. Perguruan Jiujitsu Club Indonesia (JCI) yang didirikan oleh Bp.
Ferry Sonneville pada tahun 1953, perguruan Institut Ju-Jitsu Indonesia (IJI)
dengan pendiri-pendirinya: Drs. Firman Sitompul (DAN X) dan Prof Irjen Pol Drs.
DPM. Sitompul, SH., MH (DAN X) pada tahun 1982, perguruan Goshinbudo Jujutsu Indonesia (GBI) yang didirikan
oleh Bp. Ir. C.A. Taman M.Eng, Nanadan Renshi-Shihan dan Bp. Ben Haryo S.Psi,
M.Si, Godan-Shihan pada tahun 1990-an, perguruan Take Sogo Budo yang didirikan
oleh Bp. Hero Pranoto pada tahun 1995, dan perguruan Samurai Jujutsu Indonesia
(SJJI) yang didirikan oleh Bp. Budi Martadi atau Efer
martadi pada tahun 2000.
Perguruan PORBIKAWA, JCI, IJI
dan Take Sogo Budo telah mengembangkan berbagai teknik beladiri baru
yang disesuaikan dengan bangsa Indonesia, misalnya dengan mengkombinasikan
teknik-teknik dari beladiri lain kedalam silabusnya dan menciptakan teknik-teknik
baru yang lebih sesuai dengan situasi pembelaan diri di Indonesia. Sehingga
disebut sebagai perguruan yang independen dan tidak terikat dengan
tradisi dari negara asal Jujutsu (Jepang).
Pendekatan yang berbeda diambil oleh
Perguruan Goshinbudo Jujutsu Indonesia (GBI) berafiliasi dengan JKF-Wadokai
(beraliran Wado) dan Sekai Dentokan Renmei (beraliran
Hakko-ryu)
sedangkan Samurai Jujutsu Indonesia (SJJI) berafiliasi dengan Ninpo
Bujinkan Indonesia Kedua perguruan di atas beraliran Jujutsu
tradisional/murni, karena gerakannya didasarkan pada teknik-teknik Jujutsu
Jepang sesuai aslinya, tanpa perubahan atau inovasi lokal dari
anggota-anggota yang ada di Indonesia. Di perguruan GBI misalnya, diajarkan
waza (teknik) yang berasal dari Hakko-ryu Jujutsu, Wado-ryu dan Yoshin-ryu
Jujutsu, Sedangkan di perguruan SJJI, diajarkan teknik dari Hontai Takagi
Yoshin-ryu Jujutsu, Asayama Ichiden-ryu Jujutsu dan beberapa aliran lainnya.
Karena itu kedua perguruan ini disebut sebagai Jujutsu tradisional atau "ortodoks".
Ciri khas Jujutsu tradisional antara
lain adalah tidak memiliki format pertandingan/kompetisi, serta masih menjalin
hubungan dengan hombu dojo (dojo induk) yang ada di negara asal Jujutsu, yaitu
Jepang. Sedangkan Jujutsu modern (seperti Gracie Jiu-Jitsu dari Brasil) biasanya menekankan pada pertandingan/kompetisi dan
sudah tidak memiliki hubungan keorganisasian dengan negara asalnya (Jepang).
Beberapa orang ahli Jujutsu di luar
Jepang ada yang mengembangkan aliran seni beladirinya sendiri, yang kemudian
diberi nama Jujutsu untuk menjelaskan bahwa walaupun aliran tersebut diciptakan
diluar Jepang, namun awalnya berasal dari beladiri Jepang. Beladiri Ketsugo
Ju-Jitsu ( Jujutsu) misalnya, diciptakan sendiri oleh Prof.
Harold Brosious dari USA setelah mempelajari Jujutsu Jepang dan melakukan
berbagai pengembangan. Demikian juga dengan Small Circle Ju-Jitsu yang
diciptakan oleh Prof. Wally
Jay.
Perguruan
Jujutsu di Indonesia
Ada banyak organisasi Jiu-Jitsu
(Jujutsu) di Indonesia, dimana yang tertua adalah Jiujitsu Club Indonesia
(JCI) yang didirikan oleh alm. Bp. Ferry Soneville pada tahun 1950.
Bp. Soneville juga dibantu oleh Bp. M.A. Affendi dan beberapa ahli
beladiri lainnya saat merintis perguruan beliau. Perguruan ini sampai sekarang
(2007) masih aktif dibawah pimpinan Bp. Prayitno, seorang pebeladiri
senior yang sempat tinggal lama di Australia dan belajar dibawah bimbingan Mr.
Jan de Jong, seorang murid langsung dari grandmaster Minoru Mochizuki.
Sebelum kemerdekaan Indonesia, yaitu
pada masa penjajahanxcb Belanda, tepatnya tahun 1920an, di Jawa Tengah
ada tercatat perguruan Tsutsumi Hozan-ryu Jujutsu yang diasuh oleh keluarga
Saito (Mr. Jan de Jong tercatat sebagai anggota perguruan ini), dan
perguruan Jujutsu jalan Kranggan Surabaya yang diasuh oleh Mr. Isuki
Watanabe. Namun kedua perguruan ini tidak aktif lagi semenjak perang dunia
ke II, walaupun masih ada murid-murid perguruan tersebut yang tetap setia
mengajarkan Jujutsu diluar Indonesia.
Selepas perang dunia ke II, beberapa
tokoh Judo yang juga menguasai Jujutsu mengajarkan beladiri Jujutsu sebagai
bagian dari teknik self-defense yang diajarkan kepada murid-murid Judo. Di
antara guru-guru tersebut adalah Mr. Seichi Makino dan Mr. Dick
Schilder, keduanya mengajarkan Jujutsu di Pulau Jawa.
Perguruan
Jujutsu era-70 sampai sekarang
Pada era 1970an, beberapa orang
pemuda Indonesia yang dulu berlatih di luar negeri dan kembali ke Indonesia
turut meramaikan khasanah kekayaan seni beladiri Jujutsu di Indonesia, antara
lain adalah Bapak C.A.
Taman yang kemudian mendirikan perguruan Wadokai
pada tahun 1972 dan turut membidani kelahiran perguruan Goshinbudo Jujutsu Indonesia (GBI) pada tahun
1997. C.A. Taman adalah satu-satunya putra bangsa Indonesia yang sempat
berlatih langsung dengan grandmaster Hironori
Otsuka, sang pewaris ke 4 dari aliran Shindo Yoshin-ryu Jujutsu dan pendiri aliran Wado-ryu
Karate. Ben Haryo,
yang sekarang menjadi instruktur kepala (wakil guru besar) untuk GBI, adalah
murid langsung beliau. Selain Ben Haryo, orang lain yang berjasa kepada
perkembangan GBI adalah Saleh
Jusuf, seorang ahli beladiri yang lama tinggal di Negeri Belanda,
dan semasa tinggal disana sempat mempelajari Judo
dari Mr.
Willem Ruska (juara Olympiade), Jujutsu dari Mr.
John Phillips dan Sambo (gulat Rusia) dari Mr.
Chris Doelman.
GBI di Indonesia dikenal sebagai
organisasi "kosmopolitan" karena sering menerima murid dari kalangan
orang asing, dan berafiliasi dengan banyak guru besar Jujutsu yang berada di
luar negeri. Nama-nama seperti Prof. George Kirby (American Jujutsu
Association, USA), Prof. Harold Brosious (Ketsugo Jujutsu USA) dan Col.
Roy Hobbs (Sekai Dentokan Renmei) masih tercatat sebagai anggota dewan
penasehat GBI. Aliran Dentokan Aiki Jujutsu yang diajarkan oleh Col. Roy
Hobbs, disebarkan di Indonesia oleh Bp. Ben Haryo, dan diajarkan sebagai salah
satu aliran Jujutsu yang berada dalam ruang lingkup GBI Club.
Pada bulan Maret 2009, Col. Roy
Hobbs mengutus Mr. Andy Roosen (DAN-5) untuk mengunjungi markas GBI di
Jakarta dan melakukan seminar kecil untuk beladiri praktis (Goshin Jutsu dan
Aiki Jujutsu), latihan gabungan, penyeragaman teknik dan perbandingan hasil
riset, sekaligus merayakan ulang tahun GBI dan meresmikan GBI sebagai Dentokan
Indonesia, dibawah pimpinan Ben Haryo sebagai pelatih resmi pertama di
Indonesia, dan tercatat dalam sejarah sebagai murid pertama Col. Roy Hobbs
di Asia Tenggara.
Col. Hobbs sendiri mempelajari seni
beladiri Aiki Jujutsu tersebut dari guru besar Okuyama Ryuho (dari
aliran Hakko-ryu) dan Irie Yasuhiro (dari aliran Kokodo-ryu) di Jepang
pada tahun 1980an-1990an sampai dinobatkan sebagai Shihan (Master
Instructor) oleh guru besar Ryuho Okuyama dan Menkyo Kaiden (sudah
menamatkan seluruh pelajaran dalam perguruan) oleh guru besar Irie Yasuhiro.
Mulai tahun 2011, GBI Club juga
mulai mengajarkan materi Jujutsu Gyakute-Do dibawah bimbingan guru besar
Makoto Kurabe dari Jepang dan guru Steven Vaes (warga Belgia).
PORBIKAWA-KARATEDO INDONESIA Selain nama-nama di atas, tidak dapat dilupakan keberadaan
perguruan PORBIKAWA (Persatuan Olah Raga Beladiri Ishikawa) yang
didirikan oleh murid langsung dari Master Yoshen Ishikawa, yaitu Bp.
Tan Sing Tjay (Soetikno) pada tahun 1949 dengan nama perguruannya : "
Ishikawa Jiu jitsu Club " di Surabaya. Selain Soetikno belajar ilmu tsb.di
atas, memang sejak masa kanak-kanaknya telah menggemari ilmu silat ( Kun Tao )
sejak usianya baru 10 tahun, ia telah pula ikut-ikut belajar ilmu silat Kun Tao
tsb dari 2 orang guru Kun Tao-nya dari aliran-aliran yang berbeda.
Menurut Soetikno, Ilmu Silat atau
Ilmu beladiri tidaklah sempurna apabila orang hanya mampu membela diri dengan
salah satu jenis aliran saja, oleh karena dalam suatu perkelahian tidak bakal
hanya terjadi pukul-memukul atau bergumul belaka, melainkan akan terjadi segala
bentuk gerakan tehnik perlawanannya, apakah itu pukulan, tendangan maupun
pergumulan dsb.
Sejak berkembang pesatnya pada tahun
1963, maka club tersebut diubah namanya untuk menyesuaikan dengan isinya yang
ada saat itu, maka dinamailah PORBIKAWA dari singkatan:Persatuan Olah Raga
Beladiri Ishikawa, adalah pencantuman nama gurunya dengan mengingat
jasa-jasanya yang pernah menganjurkan agar Soetikno belajar tehnik beladiri
yang lain selain Jiu Jitsu, agar Soetikno lebih mendapat pandangan luas dalam
bidang seni beladiri, karena ilmu yang manapun saja pasti akan terus berkembang
tanpa hentinya seirama dengan kemajuan zaman.
Pada tahun 1972, PORBIKAWA mendapat
undangan dari konggres PORKI (Belum FORKI) di Jakarta dan telah hadir 24 Aliran
seni beladiri Karate se-Indonesia. Kongres itu telah berhasil membentuk suatu
wadah besar Bernama Federasi OlahRaga Karate-Do Indonesia (FORKI)dan menampung
seluruh aspirasi aliran dan PORBIKAWA berubah menjadi PORBIKAWA KARATE-DO
INDONESIA hingga sekarang ini. Perguruan ini sampai sekarang masih eksis, dan
berpusat di Surabaya.
Perguruan Jujutsu lainnya yang masih
eksis di Indonesia adalah Take Sogo Budo yang dipimpin Hero Pranoto, dan
KYUURAI yang dipimpin oleh Sensei Darmawan.Perguruan Kyuurai Jujitsu
dirintis pertama kali di Gelanggang Generasi Muda Bandung tahun 2000.
Berkembang di Universitas Katolik Parahyangan Bandung yang dirintis oleh
Renshi Ichi-Dan Yosafat Tunjung, Bulungan, Jakarta Selatan,
dirintis oleh Sempai Tagor Ricardo, Sempai Beverly Charles, dan Sempai Ira
Hutabarat ,dikembangkan di Batamindo-Batam Kep.Riau dirintis oleh Dr.
John Sulistiawan, bersama dengan Renshi Ichi-Dan Khufran Hakim Noor dan Rizka
Billitania.Aliran Kyuurai menitik beratkan pada pemahaman dan filosofi
gerak koshi no mawari yang langka.Dan sistem pengobatan yang berdasarkan pada Kokyu-ho
dan pengaturan pola makanan dengan buah-buahan dan sayuran.
Selain itu tidak boleh dilupakan
bahwa aliran Kushin Ryu Jujutsu yang diajarkan oleh Mahaguru Horyu
Matsuzaki juga diajarkan sebagai bagian dari silabus perguruan Kushin Ryu M
Karatedo Indonesia, oleh murid-murid beliau yang berkebangsaan Indonesia,
yaitu (alm) Bp. Alibasyah ayahhanda Bp. H. Sofyan Hambally dari Dojo
Kopo Bandung. Sepeninggalnya Bp. Alibasyah, praktis tongkat pengembangan
Kushin Ryu dilakukan oleh Shihan Sofyan Hambally. Saat ini, mantan Ketua Dewan
Guru PP-KKI itu mengembangkan dan memfokuskan pelatihan jujitsu melalui wadah
komunitas KUSHIN RYU JUJITSU INDONESIA (KJI)" bersama Sensei Arman
Hidayat, Ketua Dewan Guru KKI Jawa Barat.
Dari tinjauan di atas dapat kita
lihat bahwa di Indonesia ada cukup banyak perguruan seni beladiri Jujutsu
dengan berbagai alirannya.
Seni beladiri Jujutsu di Indonesia
belum mencapai kemajuan yang pesat dan mencapai popularitas seperti dialami
oleh beladiri lainnya, karena di Indonesia belum ada wadah yang dapat
menjadi ajang silaturahmi dan kerjasama semua perguruan Jujutsu yang ada,
tidak seperti Pencak Silat yang dapat bersatu lewat IPSI nya dan Karatedo yang
dapat bersatu lewat FORKI. Jika perguruan-perguruan Jujutsu yang berbeda-beda
aliran di Indonesia dapat mencapai kata sepakat untuk membentuk suatu wadah
persatuan dan kerjasama, dimana semua perguruan bisa duduk sebagai mitra yang
sejajar dan saling menghormati, maka perkembangan beladiri Jujutsu di Indonesia
tentu tidak akan kalah kemajuannya dengan olahraga beladiri Jepang lainnya.
Salah satu perguruan Jujutsu di
Indonesia yang cukup sukses dan berhasil memiliki anggota dalam jumlah besar
adalah dari aliran Kyushin Ryu. Jiu-Jitsu aliran "Kyushin Ryu"
yang kabarnya masuk ke Indonesia pada masa pergolakan Perang Dunia II (1942) di
bawa oleh seorang tentara Jepang yang bernama Ishikawa. Karena itu Jiu-jitsu
Indonesia (skrg. IJI-Institut Jiu-Jitsu Indonesia) dikenal dengan aliran I
Kyushin Ryu.
Ishikawa kemudian mewariskan ilmunya
kepada R. Sutopo (seorang ahli Silat dari BANTAR ANGIN Ponorogo) yang kemudian
diturunkan kepada kelima muridnya yaitu Drs. Firman Sitompul(Dan X),Prof.
Irjen(Pol)Drs. DPM Sitompul, SH, MH(Dan X), Drs. Heru Nurcahyo (Dan VIII), Drs.
Bambang Supriyanto (Dan VI), dan Drs. Heru Winoto (Dan V). Kelima murid inilah
yang menjadi cikal bakal tumbuh dan berkembangnya Jiu-Jitsu aliran IJI di
Indonesia. Salah satu penerusnya adalah Drg. Poul DH Sitompul, M.M (Dan IV)
yang langsung belajar dari kedua pamannya (Drs. Firman Sitompul, Dan X dan Prof.
Irjen. Drs DPM Sitompul, SH., MH., Dan X)Perguruan IJI hanya mengajarkan aliran
Ju-Jitsu hasil karya Raden Sutopo dan tidak mengajarkan aliran Ju-Jitsu
lainnya. Sedangkan ilmu warisan dari Master Ishikawa yang sesuai bentuk aslinya
diajarkan di perguruan PORBIKAWA yang sekarang masih eksis di Surabaya.
Untuk mengembangkan Jiu-Jitsu hasil
karya Bp. Sutopo ini ke seluruh Indonesia maka kemudian pusat pengembangan
Ju-Jitsu dipindahkan ke Jakarta. Di sinilah dibentuk suatu organisasi resmi dan
berbadan hukum yang bernama " Institut Jiu-Jitsu Indonesia "
disingkat " IJI ", tepatnya tanggal 8 Desember 1981.
Pada tahun itu juga saat diadakan
demonstrasi bela diri Jiu-Jitsu aliran IJI di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian
(PTIK) Jakarta, Jiu-Jitsu Indonesia aliran IJI berhasil mendapatkan surat
penghargaan dari staf Kedutaan Besar Jepang, Mr. Keiji Iwasaki & Mr. Yuji
Hamada.
Hingga saat ini Jiu-Jitsu aliran IJI
telah masuk di POLRI dan juga di berbagai kesatuan militer seperti KOPASSUS,
KOSTRAD, PASPAMPRES, MARINIR dll. Jiu-Jitsu juga dikembangkan di
sekolah-sekolah, instansi-instansi pemerintah maupun swasta dan juga di
perguruan tinggi.
Menurut para praktisi Jiu-Jitsu
aliran IJI ini, Secarah harfiah kata Jiu atau Ju di
dalam IJI berarti lentur atau fleksibel dan kata Jitsu atau Jutsu
berarti teknik atau cara/metode. Maka Ju-Jitsu berarti bela diri yang
fleksibel. Jiu-Jitsu IJI karena merupakan kombinasi bermacam-macam teknik dari
berbagai sumber, maka ajarannya pun beragam; ada teknik keras ada juga teknik
lembut/halus, ada teknik menyerang ada teknik bertahan, ada teknik menggunakan
kekuatan fisik ada pula dengan tenaga dalam dan pernapasan, serta banyak teknik
tangan kosong dan teknik menggunakan senjata. Apalagi para anggota IJI jika
sudah mencapai sabuk hitam maka dianjurkan untuk meriset/mengembangkan sendiri
teknik-teknik dasar IJI, termasuk juga dapat mengambil teknik dari beladiri
lain, sehingga memperkaya perbendaharaan teknik di IJI.
Intinya Jiu-Jitsu versi IJI
menghalalkan segala cara agar dapat menguasai lawan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa Jiu-Jitsu versi IJI adalah teknik bertarung bebas, jadi bukanlah sport.
Akan tetapi dalam masa modern ini Jiu-Jitsu IJI juga mulai marak menggiatkan
Sport Jiu-Jitsu sehingga muncul banyak sekali even-even pertandingan Ju-Jitsu
IJI yang berskala Nasional. Oleh karena itu, IJI adalah pelopor pertandingan
Sport Ju-Jitsu di Indonesia, yaitu pertandingan internal IJI sendiri (tidak
diikuti oleh perguruan lain) dengan peraturan yang hanya berlaku untuk anggota
IJI.
Adalah lazim bagi
perguruan-perguruan Jujutsu yang independen untuk membuat peraturan
pertandingan sendiri, karena belum ada badan dunia yang secara aklamasi dipilih
oleh semua perguruan Jujutsu untuk mensyahkan peraturan yang disepakati
bersama. Bahkan di negara-negara besar di dunia Internasional menggunakan
standar nasionalnya masing-masing, misalnya di Amerika antara lain menggunakan
standar American Jujutsu Association [www.americanjujitsuassociation.org]
sedangkan di Eropa antara lain menggunakan standard European Budo Council .
Namun sejak tahun 1998 sudah mulai ada kemajuan yang signifikan dengan
berdirinya Ju-Jitsu International Federation (JJIF).
Ju-Jitsu
International Federation (JJIF)
Sejak tahun 1980an sudah ada wacana
untuk menjadikan Jujutsu/Ju-Jitsu sebagai sebuah cabang olahraga Olympiade.
Oleh karena itu, pada tahun 1998, atas prakarsa persatuan-persatuan di Eropa
berdirilah Ju-Jitsu International Federation (JJIF) sebagai badan dunia yang mengatur dan
meregulasi cabang olahraga Sport Ju-Jitsu. Perlu dicatat bahwa JJIF hanya
berwewenang atas pertandingan Sport Ju-Jitsu saja dan tidak punya wewenang atas
seni beladiri Jujutsu secara keseluruhan.
JJIF adalah anggota dari International World Games Association (IWGA) dan General Association of International Sport Federations
(GAISF), serta sedang memperjuangkan agar Sport Ju-Jitsu versi JJIF ini dapat menjadi
cabang olahraga Olympiade. JJIF didukung terutama di Eropa oleh negara-negara
besar seperti Denmark, Sweden dan Jerman, sedangkan di Asia
didukung terutama oleh Korea Selatan dan Pakistan. Pada tahun 2009, Sport Ju-Jitsu akan
menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan di 1st Asian Martial
Arts Games yang telah dilangsungkan pada tanggal 25 April sampai 5 Mei 2009 di Bangkok, Thailand, serta menjadi cabang eksibisi pada
Asian Indoor Games yang dilangsungkan bulan November 2009.
0 komentar: